Napak Tilas Perjuangan Abdul Rojak Pahlawan Lingkungan Tasikmalaya

2 Desember 2018

Tasikmalaya memiliki sebuah taman yang berada di pusat kota yang bernama Alun-alun Tasikmalaya. Di tempat tersebut terdapat ikon patung dua tokoh pejuang lingkungan dari dua daerah yang berbeda. Kedua tokoh tersebut berhasil menerima penghargaan Kalpataru dari presiden Soeharto  karena jasanya di bidang lingkungan dan karena jasanya itu, pemerintah kabupaten Tasikmalaya membuat patung untuk mengenang sekaligus mengingat perjuangan kedua tokoh tersebut.

Patung Mak Eroh dan Abdul Rojak

Kedua tokoh tersebut adalah  Mak Eroh yang berasal dari Kecamatan Cisayong yang membuat saluran irigasi melewati tebing sehingga diberi  julukan Tangan Besi oleh masyarakat dan yang kedua adalah Abdul Rojak yang berasal dari Kecamatan Pancatengah yang sama membuat saluran irigasi untuk mengairi lahan pertanian.

Saya termasuk salah seorang yang selalu penasaran akan sesuatu yang dimiliki daerah saya yaknibl Tasikmalaya baik itu berupa kekayaan alam, budaya, serta sejarahnya. Untuk itu saya sering kali melakukan kegiatan eksplor alam, Ngamumule budaya, sampai melakukan Napak Tilas terhadap beberapa tokoh yang berjasa khususnya bagi daerah Tasikmalaya.

Setelah dulu pernah Napak Tilas ke Mak Eroh yang berada di daerah Cisayong, kali ini saya melakukan kegiatan yang sama Napak Tilas kepada Bapak Abdul Rojak yang merupakan pahlawan lingkungan asal daerah Pancatengah, tepatnya berada di kampung Pasanggrahan, desa Neglasari kabupaten Tasikmalaya.

Saya berangkat bersama beberapa teman dari komunitas Sono Ka Tasik (SKT) dengan mengendarai motor menuju kampung Pasanggrahan yang berjarak sekitar  53 km dari pusat kota Tasik. Untuk menuju ke kampung Pasanggrahan ini dari kota kita menuju ke daerah Salopa bisa via Manonjaya, Gunung Tanjung, Salopa ataupun Via Kawalu, Sukaraja, Salopa untuk terus kemudian belok kiri di daerah Cayur menuju desa Neglasari dengan kondisi jalan yang sangat memprihatinkan. Bisa juga dari Salopa via Cikatomas ke daerah Tawang dengan kondisi jalan yang sama.

Setelah melewati jalanan yang seperti selokan kering yang membuat kendaran dadas akhirnya kita sampai di kampung Pasanggrahan yang ternyata posisinya itu berada di ujung Tasikmalaya yang berbatasan langsung dengan daerah Cigugur Kab. Pangandaran.

Setelah itu kita mencari rumah keluarga Bapak Abdul Rojak dan ketemu. Awal mula kita masuk ke salah satu rumah anaknya yang kedua namun setelah beberapa lama kita di ajak ke salah satu rumah anaknya almarhum yang bernama Pa Masúd yang kebetulan di rumahnya itu dijadikan sebagai  sekretariat Kelompok Tani warga desa tersebut.

Pa Mas'ud dan Ibu Nengsih putra dari Alm Abdul Rojak

Di rumah ini terdapat banyak foto-foto Abdul Rojak yang sedang menerima penghargaan dari beberapa tokoh Pejabat termasuk presiden Soeharto dan Megawati ada juga beberapa piagam penghargaan yang dibingkai walau sudah usang. di rumah ini Pa Masúd berbagi banyak cerita mengenai Almarhum dan kehidupan warga.

Foto Abdul Rojak bersama Presiden Soeharto

Piagam Penghargaan

Setelah lama berbincang akhirnya kita langsung di ajak untuk mengunjungi hasil karya Abdul Rojak berupa saluran irigasi. Tidak jauh dari rumah pa Masúd hanya berjalan sekitar 15 menit kita sampai di saluran irigasi yang di buat oleh almarhum. Menurut keterangan anaknya ini Almarhum Abdul Rojak membuat saluran irigasi sepanjang 3 km. Irigasi itu dibuat  melingkari dan menembus perbukitan sehingga harus membuat terowongan sepanjang 200 meter yang memiliki tinggi 2 meter dan lebar 1,5 meter. Selain itu Abdul Rojak juga memahat bukit tebing untuk membuat saluran irigasi yang berhulu di sungai Ciharuman.

Terowongan Irigasi

Awal mula merintis membuat saluran irigasi ini pada tahun 1960 dengan mempekerjakan beberapa warga yang bekerja siang malam. Awalnya Abdul Rojak di cemooh oleh warga dan disebut sebagai orang gila. Saluran irigasi ini di bangun sekitar 6 tahun dan kini saluran irigasi yang sudah dibangun, telah mengaliri pesawahan seluas 100 hektar, daerah yang dulunya sebagai tadah hujan sekarang menjadi subur, bahkan saluran irigasi sampai saat ini masih sering dirawat dan  berfungsi dengan baik. Adalah Masúd yang meneruskan perjuangan Bapaknya untuk merawat saluran irigasi saat ini sampai-sampai membuat Kelompok Tani yang dinamakan P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air)

Sekretariat Kelompok Tani

Salah satu cerita yang membuat saya heran ketika membuat saluran irigasi ini adalah, ketika Abdul Rojak membuat terowongan ini dari dua arah jadi, almarhum membuat terowongan dari arah barat dulu hingga sampai di pertengahan bukit, kemudian melanjutkannya dari arah timur yang mana terowongan tersebut bisa bertemu pas di tengah-tengah, konon katanya Abdul Rojak sewaktu membuat terowongan ini beliau menggunakan Waterpass dari bambu yang dipotong menjadi setengah bagian, tentu tak bisa di bayangkan secara logika dan inilah Mahakarya Abdul Rojak.

Setelah melihat irigasi, kemudian perjalanan di lanjut dengan berziarah ke makamnya Abdul Rojak yang dimana tempatnya itu tepat berada di bukit yang dimana nukit tersebut di bawahnya adalah terowongan hasil karya

Ziarah ke Makam Abdul Rojak

Kini Abdul Rojak telah tiada, kita hanya bisa menikmati  hasil karyanya. Tentunya banyak sekali pelajaran yang bisa di ambil dari sosok beliau, yang paling utama adalah semangatnya yang selalu terus untuk bisa memberikan manfaat bagi orang lain.

Jembatan Sungai Cimedang menuju Kp Pasanggrahan