Monday, 29 February 2016

Curug Sanghyang Taraje

Curug Sanghyang Taraje
24 Januari 2016

Sudah semenjak lama tempat yang satu ini masuk dalam list tujuan yang utama di destinasi note saya, namanya Curug Sanghyang Taraje di kabupaten Garut yakni daerah yang berbatasan langsung dengan kab Tasikmalaya tempat saya tinggal. Begitu  sangat menggoda sekali ketika  pertama melihat foto air terjunnya yang sangat menakjubkan dan dalam hati pokoknya suatu saat saya harus kesini, harus berada di tempat ini.





Seperti biasa sebelum pergi ke suatu tempat yang akan dituju entah itu mau dituju secepatnya apa waiting list, saya selalu mempelajari dulu tempat tersebut mulai dari akses jalan, jarak tempuh, sampai hal-hal kecil yang mungkin suatu saat bisa menjadi info yang penting ketika pergi ke tempat tersebut. setelah mempelajarinya beberapa kali dan bertanya kepada orang-orang yang pernah berkunjung ketempat tersebut di dapatlah beberapa informasi mengenai lokasi tempat curug ini berada,waktu tempuh dan kondisi jalan.

Ternyata curug/ air terjun ini berada di kampung Kokombong desa Pakenjeng kecamatan Pamulihan yang dimana lokasi tersebut berada satu jalur dengan Curug Orok, berhubung saya sebelumnya sudah pernah ke curug Orok jadi untuk masalah lokasi tidak susah mencari hanya tinggal melanjutkan dari jalur curug Orok tersebut yang katanya sekitar 1 jam kurang. Kemudian menurut teman yang pernah ke Curug Sanghyang Taraje, dari Tasikmalaya bisa ditempuh dengan waktu sekitar  4 jam dan menurut saya waktu yang cukup wegah hanya untuk satu tujuan curug. Akhirnya setelah beberapa kali mempelajari tentang curug tersebut dan saya fikir sudah cukup tinggal nunggu waktu buat eksekusi saja. 

Rencana yang sangat mendadak banget memang, tadinya saya sudah fiks mau ikut gabung sama teman untuk eksplore salah satu curug yang berada di perbatasan Tasik-Pangandaran tapi setelah tanya-tanya alamatnya belom yakin bener, hal itu membuat saya sedikit pudar untuk ikut gabung. Tetiba ada temen bbm dia ngajak ke Garut ke curug Sanghyang Taraje dan saya langsung meng-iyakan nya. Sangat mendadak sekali memang tapi itulah seni nya, bedanya trips ala saya dan yang lain. Setelah itu saya langsung menghubungi teman yang memang dia pingin banget untuk ikut ke curug tersebut.

Kita berangkat pagi harinya sekitar jam 8.30 memang rada telat di banding waktu yang sudah di janjikan karena biasa ada teman yang hudangnya beurang. Setelah semua kumpul kita langsung berangkat memacu kuda besi masing-masing, oia kita berangkat berempat memakai 2 motor boncengan, sengaja gak banyak ngajak yang lain karena selain dadakan juga takut nantinya riweuh jika banyak orang. Alhamdulillah sepanjang perjalanan lancar karna sepertinya belum banyak orang yang beraktifitas. Kita berangkat dari Tasik menggunakan jalur selatan ke arah Singaparna lalu setelah sampai Cilawu kita memotong jalan ke arah Pasar Genteng yang nantinya muncul di daerah Bungbulang  jadi tidak ke kotanya dulu atau daerah Suci kalau memotong ini lumayan bisa menghemat waktu sekitar 1 jam kurang. Setelah dari daerah Bungbulang perjalanan lanjut dengan mengikuti jalan utama ke arah Cikajang dan nanti kita akan ketemu dengan 2 kali pertigaan, yang pertama pertigaan menuju kedaerah samarang, jangan belok kesana masih ters lanjut dan yang kedua setelah melewati daerah Cisurupan akan ketemu lagi dengan pertigaan yang mengarah ke daerah Pamuliha. Setelah ketemu pertigaan tersebut, maka kita ambil kanan ke arah Pamulihan tersebut dan tidak jauh dari pertigaan sana sekitar 1 km kita akan masuk markas militer yang terdapat gapura dengan di atasnya ada patung tengkorak yang menggigit pisau dan patung macan.  Setelah itu sekitar 2 jam kurang kita menikmati perjalanan dari Tasik akhirnya sampai di pintu gerbang ke arah curug Orok nah dari sana perjalanan masih lanjut sekitar 15 km bisa sampai memakan waktu sekitar 1 jam kurang.

Kondisi jalan dari Curug Orok menuju daerah Pamulihan ini sudah di hotmiks sampai masuk daerah Pamulihan. Sepanjang perjalanan kita disuguhi pemandangan perkebunan teh yang menghampar luas, sangat eksotis tak jarang banyak pengendara yang berhenti untuk sekedar berfoto. Setelah puas disuguhi hamparan perkebunan teh dan jalanan sudah mulai rata nanti akan ada lagi pertigaan, jika lurus menuju ke daerah Bungbulang dan ke kanan menuju daerah Pakenjeng dan kita ambil arah kanan. Jalanan menjadi kecil dan berganti menjadi aspal di sambung jalanan berbatu dan kemdian aspal lagi setelah itu kita akan sampai di gapura desa percontohan Pakenjeng. Dari sana perjalanan sudah tinggal sedikit lagi sekitar 2 km mengambil ke arah kiri jalanan pun mulai menyempit hanya cukup untuk satu mobil saja. 300 meter sebelum sampai curug jalanan sedikit rada ekstrim, berkelok dan menurun tajam di tambah dengan kondisi jalan berbatu disini kita sedikit berhati-hati dan di butuhkan kondisi rem motor yang fit. Setelah melewati itu semua kita akan menemukan sebuah rumah panggung di pinggir jurang dari kayu dan sebuah bangunan kecil tempat tiket masuk, setelah menengok ke sebelah kiri belakang maka terlihatlah Curug sanghyang Taraje yang sangat gagah.

Setelah memakirkan motor dan membayar tiket kita pesen dulu sama warung yang ada di depan tempat tiket ini untuk membuat nasi liwet. Oia harga tiket masuk ke curug ini sebesar 5000 rupiah saja dan parkir Cuma 2000 perak. Tak berselang lama kita langsung melanjutkan langkah kaki menuju curug dengan semangatnya yang berjarak dekat cukup dengan  berjalan kaki sekitar 7 menitan saja, akhirnya sampailah kita di depan Curug yang sangat eksotis ini.

Nama Sanghyang Taraje ini di ambil karena konon menurut warga yang saya tanya di curug ini terdapat tangga seperti tangga dari kayu dalam bahasa sunda (taraje)yang dulunya digunakan sebagai tangga/ jalan menuju tuhan (sanghyang) dan mengapa itulah sebabnya curug ini dinamakan Sanghyang Taraje dan menurut warga tangga/ (tetean) jalannyapun masih ada. Curug ini memiliki ketinggian sekitar 100 meter menurut info yang saya baca dan memiliki 2 aliran jika sedang dalam kondisi air yang melimpah, namun jika sedang musim kemarau aliran airnya menyusut yang satunya lagi sehingga cenderung ke sebelah kiri. Aliran airnya sangat deras sekali sehingga ketika kita berada dilokasi curug tersebut bisa langsung basah karena cipratannya air yang mengembun sangat luas jangkauannya.

Di lokasi ini sudah tersedia kamar mandi/ wc alakadarnya, mushola kecil yang hanya cukup untuk 3 orang, dan tempat tidur alakadarnya juga jika kita ingin bermalam di tempat ini, semua itu ada di bawah warung yang berada tepat depan tiket masuk curug ini.



Tiba di desa Pamulihan
  




Trekking dari parkir motor menuju curug



Di foto sama anak daerah kampung dekat curug tersebut








1 comment:

  1. Kakak, maaf kalau dari Jakarta ke sanghyang taraje rute nya bagaimana ya? Makasih

    ReplyDelete